Bali Siap Gelar Festival Tari Jalanan ‘Just Dance It Out’ 10–17 Juli 2025

Bali Siap Gelar Festival Tari Jalanan ‘Just Dance It Out’ 10–17 Juli 2025

Bali Siap Sajikan Festival Tari Jalanan ‘Just Dance It Out’ 10–17 Juli 2025

Bali kembali jadi pusat budaya dan seni internasional dengan hadirnya festival tari jalanan Just Dance It Out, yang akan berlangsung dari 10–17 Juli 2025. Festival ini menggabungkan seni, budaya, dan keragaman global dalam bentuk tari jalanan, dance flash mob, dan parade seni interaktif di berbagai sudut kota. Tidak hanya menjadi ajang hiburan, acara ini juga bertujuan memperkenalkan ekspresi budaya kontemporer kepada masyarakat lokal dan wisatawan dari seluruh dunia.

Festival tari jalanan ini diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan Bali bekerja sama dengan komunitas tari budaya dan seniman urban lokal. Dengan mengangkat konsep “art meets street”, event ini menghadirkan berbagai karya tarian dari kelompok tari lokal, artis internasional, mahasiswa seni, dan street dancers. Mulai dari tari tradisional yang dikolaborasikan dengan koreografi modern, hingga break dance dan hip-hop battle.

Selama delapan hari festival, Bali akan berubah menjadi panggung seni terbuka—tari jalanan akan tampil di Bali Beachwalk, Sanur, Denpasar, Kuta, dan Ubud. Ini jadi momen penting untuk melihat bagaimana seni tari bisa hadir di luar teater formal, menghampiri ruang publik dan membuka kesempatan interaksi spontan dengan penonton.


Program Festival Tari Jalanan Bali Juli 2025

1. Parade Tari Pembuka (10 Juli 2025)

Parade pembukaan berlangsung sore di Kuta dan Beachwalk, menghadirkan lebih dari 300 penari dari 10 negara di seluruh dunia. Musik pengiring dari gamelan elektrik, DJ set, dan live percussion akan mengiringi parade yang melintasi pantai dan area trotoar. Penonton juga bisa ikut gabung interaktif saat koreografer membuka sesi freestyle.

2. Battle Street Dance (11–13 Juli)

Tiga hari battle antar-dancer hip-hop, breakdance, popping, dan locking akan diadakan di Sanur Beach dan Lapangan Puputan Margarana, Denpasar. Setiap battle terbuka untuk umum, dengan total prize pool mencapai Rp 100 juta. Juri hadir dari seniman kenamaan, termasuk penari lokal dan koreografer Jepang serta Korea Selatan.

3. Kolaborasi Budaya Kontemporer (14–15 Juli)

Di Ubud Cultural Center dan Museum Blanco, digelar tari kolaborasi antara penari tradisional Bali (Topeng, Legong, Baris) dengan kelompok tari modern. Workshop gerak tari dan cerita budaya disajikan secara live, mengajak komunitas dan mahasiswa seni agar bisa membuat karya bersama.

4. Community Flash Mob (16 Juli)

Di beberapa titik Denpasar dan Denpasar Selatan akan digelar flash mob tari jalanan—sesi tari singkat di ruang publik seperti taman kota atau halte bus. Penari lokal dan tamu internasional membuka improvisasi tari, disambut warga yang mendadak jadi penonton. Atmosfer ini jadi momen seni plus edukasi budaya spontan.

5. Closing & After Party (17 Juli)

Penutup festival digelar di Lapangan Renon, Denpasar malam hari, dengan performer internasional, penampilan vocal instrumental fusion gamelan dan elektronik, hingga after-party outdoor. Acara ini diharapkan jadi puncak eksistensi tari jalanan di Bali.


Alasan Festival Tari Jalanan Tetap Relevan

a. Memperluas Ruang Ekspresi Seni

Pergeseran dari panggung tertutup ke ruang publik membuat seni tari lebih inklusif. Masyarakat umum—anak, remaja, hingga orang tua—jadi bisa menyentuh langsung karya tari, tanpa harus beli tiket teater. Ini juga jadi bentuk literasi budaya kontemporer yang segar.

b. Memperkuat Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Salah satu dampak positif adalah lonjakan wisata budaya. Bali tahun ini diprediksi menyambut lebih banyak wisatawan budaya. Parkiran hotel, kuliner, transportasi, hingga UMKM juga akan merasakan dampak positif. Festival tari jalanan juga memacu kreativitas lokal, memberi ruang kerja bagi koreografer, musisi, komunitas dancer, hingga tim event management.

c. Ruang Kolaborasi Budaya Global

Keterlibatan seniman internasional dari Jepang, Korea, Australia, dan Amerika menghadirkan wawasan koreografi berbeda dan ekspresi gerak global. Kolaborasi antar budayawan Bali dengan koreografer dan penari global menjadi momen penting untuk memunculkan karya tarian lintas budaya.


Tantangan dan Persiapan Penyelenggaraan

1. Koordinasi Antar-Wilayah

Festival dilakukan di beberapa titik, jadi koordinasi antara panitia, pemerintah daerah (pemprov dan kabupaten), kepolisian, serta dinas pariwisata sangat penting untuk memastikan keamanan dan kelancaran.

2. Manajemen Kerumunan

Sesi free-interactive dance dan flash mob memerlukan upaya keamanan ekstra agar area ramai tetap tertib. Media sosial akan dipakai untuk memberi update, serta panitia menyiapkan relawan muda sebagai crowd drainer.

3. Teknik Panggung dan Izin Properti Publik

Platform panggung—baik instalasi temporer di ruang umum, sound system outdoor, hingga izin lokasi—harus disiapkan sejak jauh hari. Jaminan agar properti publik terlindungi dan tidak merusak lingkungan kritis, terutama area pantai, juga jadi fokus.


Tips untuk Pengunjung Festival

  1. Daftar Online Dulu – Beberapa sesi memerlukan pendaftaran (flash mob, battle).

  2. Datang Lebih Awal – Untuk ambil spot saat free dance dan parade pembuka.

  3. Bawa Perlengkapan Nyaman – Sandal tertutup, air minum, sunblock, masker ringan.

  4. Kunjungi Sekalian Wisata Lokal – Jangan lewatkan kuliner Bali, pasar seni, dan area heritage di Ubud atau Denpasar.


Penutup – Seni Tari Jalanan Ambil Panggung di Bali

– Bali Jadi Tuan Rumah Seni Modern

Festival tari jalanan ‘Just Dance It Out’ membuat Bali tak hanya identik dengan budaya tradisional, tapi juga ekspresi kontemporer global. Ini bukti semakin luasnya interpretasi seni di era modern.

– Ajang Edukasi dan Hiburan Publik

Event ini bukan hanya soal hiburan, tapi juga edukasi budaya. Penonton belajar koreografi kontemporer dan nilai-nilai kolaboratif dari budaya lokal serta global—tanpa harus bayar atau terlantar.

– Momentum untuk Industri Kreatif

Bagi Bali, festival ini memberikan momentum untuk memperkuat industri kreatif dan pariwisata budaya. Jika pengelolaan terencana, event ini bisa jadi kalender festival budaya tahunan yang berskala regional bahkan global.

Wayne Robinson Avatar
No comments to show.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Insert the contact form shortcode with the additional CSS class- "bloghoot-newsletter-section"

By signing up, you agree to the our terms and our Privacy Policy agreement.